Masa Lalu Akan Datang Menghampirimu (Fitrawan Umar)
Barangkali nanti, waktu
akan berjalan kembali, sebagaimana mula ia bergerak
hampir-hampir kamu akan
lupa tentang masa sebelum kepergian
Jangan biarkan
keramaian merenggutmu, Kasih
Padahal sunyi masih ada
di tempat sama. Ruang masa lalu.
Sesungguhnya dunia
adalah kumpulan siklus dari beragam cerita
dahulu tiada, lalu ada,
lalu tiada, lalu ada, lalau tiada
lalu kepergian
barangkali pula akan datang jadi pertemuan
Kita hanya perlu
mengerti: penantian adalah kebahagiaan yang mengendarai waktu
Meski pertemuan,
berikutnya pula akan menjadi kenangan, terlipat ingatan
Apabila jalan pulang telah
menemuimu, pulanglah
dalam setiap perjalanan
pulang, langkah kaki kanan bernilai bahagia:
bagi orang-orang yang
dinanati
Manusia-manusia yang
tidak pernah menngerti kesunyian,
Hanyalah mereka yang
tidak pernah sadar dengan kerayaan
Selamat datang, masa
lalu. Selamat berlalu, masa datang.
Lelaki
Yang Menunggu (Muhary Wahyu Nurba)
Pernahkan kau mendengar
kisah
tentang lelaki yang
menunggu
Tentang gelisah yang
tumbuh
Dan nestapa yang
menggeramus tubuh
seorang pengamen buta
meraung-raungkan gitarnya
tapi tak sanggup
melunturkan gumpal-gumpal salju
Salju selalu memilih
untuk beku
karena bersitahan
menyimpan perih rindu
Waktu! Melaju dan
menggila!
Menggilas segala apa!
Ia terisak dan akhirnya
terdesak ke tepi sepi
Cinta yang ia
tanggungkan penuh onak berduri
Menancap dalam pada
batang-batang pinus
Menggerus tulang di
badan yang mulai tak terurus
Dan ia terus menunggu
karena setia memang
mesti diadu
Bagai pelangi yang
membentangkan harapan
Benih keyakinan
haruslah dirawat dengan matang
Ia pun menggapai tapi
kau tak tergapai
Ia menyebut namamu tapi
kau tak mendengarnya
Kaliaran masa
remajamenyentuh hidupnya kembali
dan ia tahu apa yang ia
cari
Betapapun lamanya ia
bakal ditampar derita
Ia telah berikrar pada
dirinya sendiri
Tak ada lagi kisah
setelah ini
Bersamamu atau musnah seorang
diri
Pernahkan kau mendengar
kisah
tentang lelaki yang
membiru
karena diperangkap
rindu
Cintaku, akulah yang
menunggu!
Ini dia puisi
kesukaanku ^_^
Sebelum
Mati, Pesan buat Kekasih ( Faisal Oddang)
1.
Kau
menderas, selaju kaki hujan yang memasang dingin di tubuhnya. Kau tanggalkan
segala kenang selain kau, di kepalaku. Di sebuah ruangan, berwarna merah jambu –
warna hatimu, aku bercakap dengan diri di dalam diriku. Perihal kau. Perihal aku.
Perihal cinta. Perihal perih. Tanpa perihal-perihal yang sudi menyebut kita –
luka.
2.
Kukabarkan
padamu, Ca, waktu telah melipat usiaku umpama pakaian-pakaian yang habis
dijemur ibu saban sore. Kering. Dan kadang hujan yang merambat lewat celah-celah
awan membuatnya dilipat lebih dulu, barangkali pula aku. Tapi bukankah hujan
hanya semata musim yang yang tak bisa melihat waktu? Sedang usia semata waktu
yang tak bisa melihat musim? Kau harus percaya, Sayang; musim tak punya usia –
usia tak memiliki musim. Sepertiku, di sebuah catatan yang ditulis tuhan dan
dibaca malaikat yang (mungkin) akan kau benci mendengarnya.
3.
Ca,
aku kadang menangis memikirkan air matamu. Air mataku tak pernah memikirkan
tangisanmu. Pikiran-pikiran kita semakin akrab dengan kehilangan; kelak aku
meninggalkan (hanya) nama, jangan menangis sayangku. Aku hanya pergi, sementara,
dan datang ketika kau bertahan mencintaiku. Percayalah, aku mencintaimu meski
ada yang lebih mencintaiku dari padamu; mati.
4.
Sebelum
aku mati, siapkan untukku tiga buah keeeranda. Siapkan hanya satu lahat. 3 buah
nisan. Jangan takut, Sayang, kau takkan kehilangan. Beginilah caraku
mengalahkan cinta. Keranda pertama untukku, Ca. Yang kedua untuk menandu
kenangan. Dan terakhir bagi namamu. Hanya nama.
5.
Kelak
aku mati, air akan menjadi hujan. Jatuh menderas sebab awan telah mati
bersamaku. Kelak aku mati, tanah akan basah, sebab mata mereka lebih perih dari
kesedihanmu. Kelak aku mati, kamboja akan mekar, ingin dipetiki demi abadi
denganku. Kelak aku mati, kau mungkin datang. Pakai mantel sayang, mantel
abu-abu seperti warna ciuman yang kita curi – pertama di ruang kuliah. Pakai payung
sayang, jangan hitam. Tapi merah jambu seperti warna kamarmu. Tempat (sekali
lagi) bibirku menjadi titik bagi kata-kata di bibirmu (kau terlalu sering
memarahiku kerika lupa mengingat kesehatanmu). Ciuman kita yang terakhir.
6.
Mungkinkah
kau datang?
Buku
pemberian seorang penyair muda dari pulau seberang.
Terima
kasih Faisal Oddang . Buku ini benar-benar bertuah.