Jagad tata
surya bergelut pada remang petang.
Perayaan
malam mulai digelar, anak-anak bintang bertebar ruah pada altarnya.
Serbuk
bintang membedaki langit.
Ada beberapa
saat, burung besi yang terlihat mungil melintas diantara mereka.
Sementara
bulan masih separuh umur.
Belumlah ini
tanggal 15 yang artinya juga purnama belum nampak.
Sepasang
kakimu mungkin sedang menuju seseorang.
Mencari
damainya hati demi sosok yang digadang manusia sebagai jodoh.
Akukah?
Sedang aku,
ingin sekali meninggalkan kenangan.
Sebab
kenanganlah yang terus merebahkan sakit tubuhku.
Sakit
berkepanjangan yang sukar sekali mempercayai mafhumnya bahagia.
Aku, manusia
yang pandai sekali mengaduh pada waktu.
Aku pula
manusia yang tak mempercayai diriku sendiri.
Kemudian
berlindung padaNya dari diri sendiri.
Agar bertemu
denganmu?
Aku dan kamu
selayak pekasih setia.
Setia pada
janji-janji untuk diri sendiri.
Setia untuk
tak mengetahui satu sama lain.
Setia untuk
percaya bahwa langit malam tercipta
bersama
dengan kebahagiaan masing-masing.
Tuhan yang
menyayangi kita entah dengan bahasa yang tak kumengerti,
paham atas
maksud sepasang anak adam.
Kita
dibiarkannya bebas, lepas dengan hati yang merdeka.
Bertutur
hanya dalam doa.
Hingga
akhirnya kelak kita dipertemukan dengan
saling berjanji
menjadi sesuatu yang hakiki.
Selamanya.
Seutuhnya.
Kamu?
Siapakah gerangan?