Kamis, 07 April 2016

Pekasih Setia




Jagad tata surya bergelut pada remang petang.
Perayaan malam mulai digelar, anak-anak bintang bertebar ruah pada altarnya.
Serbuk bintang membedaki langit.
Ada beberapa saat, burung besi yang terlihat mungil melintas diantara mereka.
Sementara bulan masih separuh umur.
Belumlah ini tanggal 15 yang artinya juga purnama belum nampak.

Sepasang kakimu mungkin sedang menuju seseorang.
Mencari damainya hati demi sosok yang digadang manusia sebagai jodoh.
Akukah?
Sedang aku, ingin sekali meninggalkan kenangan.
Sebab kenanganlah yang terus merebahkan sakit tubuhku.
Sakit berkepanjangan yang sukar sekali mempercayai mafhumnya bahagia.
Aku, manusia yang pandai sekali mengaduh pada waktu.
Aku pula manusia yang tak mempercayai diriku sendiri.
Kemudian berlindung padaNya dari diri sendiri.
Agar bertemu denganmu?

Aku dan kamu selayak pekasih setia.
Setia pada janji-janji untuk diri sendiri.
Setia untuk tak mengetahui satu sama lain.
Setia untuk percaya bahwa langit malam tercipta
bersama dengan kebahagiaan masing-masing.
Tuhan yang menyayangi kita entah dengan bahasa yang tak kumengerti,
paham atas maksud sepasang anak adam.
Kita dibiarkannya bebas, lepas dengan hati yang merdeka.
Bertutur hanya dalam doa.
Hingga akhirnya kelak kita dipertemukan dengan
saling berjanji menjadi sesuatu yang hakiki.
Selamanya. Seutuhnya.
Kamu? Siapakah gerangan?