Selasa, 07 Juni 2016

Menunduklah, Oryzza Sativa



Jatuh hati tak pernah ada dalam rencana manusia. Segala macam getaran yang terasakan selalu muncul tanpa aba-aba. Begitupun sama halnya dengan saya. Sama dengan yang kurasakan. Hati saya jatuh pada seorang perempuan muslimah. Lagi lagi dia berasal dari timur. Dan entah kebetulan, ataupun sudah garis takdir. Perasaan ini bersemai dengan indah nan membahagiakan. Saya jatuh cinta tanpa mengenal tetapi di dalamnya. Begitu banyak perjalanan yang telah kita semua lalui, bukan? Tak lain hanya untuk mencari, lantas menemukan hal-hal baru, orang-orang baru, kesempatan juga bahaya. Allah mempertemukan kita pada tualang mencari ilmu dunia; kewajiban mahasiswa pada umumnya.
Saya cukup sekali bertemu dia kemudian jatuh hati. Agaknya mungkin iya, saya yang jatuh hati duluan terhadapmu. Bagai sudah tertulis dan ditetapkan olehNya, seperti: "Dialah salah satu jembatanmu untuk menuju surgaKu, Za". Aku masih ingat betul, dahulu dia memakai kerudung Rabbani warna ungu. Bagaimana dia menukar senyum denganku. Aku menakarnya dengan sembari berfikir, kaukah malaikat yang dikirim Allah mewujud muslimah untukku? Seulas senyum yang selayak biji zarah itulah kebaikan yang kautanam. Kita sepakat merawat zarah itu hingga nanti. Perempuan yang meneladani Maryam juga Khadijah. Perempuan itu ialah pengantarku untuk memeluk ridhoNya lewat menjadi muslimah akhir zaman yang haq. Pernah suatu waktu kau panjang lebar mencurahkan segenap isi hatimu tentang lelaki yang amat kau cintai dengan setulus jiwa. Namun tetap, hakekat perempuan ialah menerima. Entah itu perihal menyenangkan maupun tentang duka. Sayang, yang mesti kau lakukan, kau harus tetap tegak apapun itu. Jangan kau patahkan pertahanan yang sudah susah payah kau bangun. Saya tidak pernah bisa seumpama ustazd dengan nasehat-nasehat juga ayat-ayatnya untuk membuatmu makin menjadi kekasihNya. Hal semacam itu bisa kaudapatkan lewat duniamu yg lain, bukan pada tulisan ini. Hiduplah dengan bahagia, memiliki teman-teman yang mengerti, keluarga yang harmonis, juga diri sendiri yang bijaksana.

Aku mencintaimu seperti mencintai diriku sendiri yang ada dalam separuh ragamu, Sayang. Harapku, perasaan ini tak tertumpu hanya dalam cinta satu arah. Terima kasih bila kau bersedia mencintaiku. Terima kasih bila kau bersedia bahagia atas diriku. Ajarkan aku cinta yang baik-baik saja. Karena tetap, di atas cinta masih ada agama.