
Sepi
katamu pernah tak layak dipikul sendiri. Padahal kau tahu betul, tak ada yang
tepat dikawinkan dengan kesepian kecuali pada diri yang merasa sepi sendiri.
Aku dan kamu, maksudnya kita, sudah sepakat menyetujui perpisahan yang sepaket
dengan saling melupakan. Itu berarti umur kenangan makin panjang dari hubungan
kita sendiri yang telah berakhir ini. Menutup rapi segala asa yang hilirnya
hanya pada takdir. Menyapu bersih janji-janji yang telah mati oleh usia
hubungan kita. Pula menyelamatkan senyum yang sempat bersembunyi atas keputusan
adil yang kita buat.
Saban
malam ingatanku kerap kuat atas dirimu, Tuan. Bagai menggarami luka sendiri,
makin parah segala apa yang ada di tubuhku. Sebagian mimpiku dimasuki oleh
apapun tentang dirimu. Bagaimana bisa cepat kuberujung untuk menanggalkan kau
dalam diriku jika menghilangkan namamu saja tak sanggup kulakukan. Sudah
kupintakan pada Tuhanku doa-doa tentang kekuatan agar aku mampu lapang dan
percaya bahwa kita, maksudnya aku dan kamu, harus tetap berbahagia,
sendiri-sendiri. Jangan tanyakan pada dada siapa luka penuh memar dan nanah
yang belum sembuh ini masih bersemayam. Pada air mata siapa yang masih tertetes
dengan luka. Tuan, dengar! Kita tidak sedang berlomba, bukan? Siapa yang lebih
dari siapa itu tidak penting. Tidak ada pemenang dari jawaban tersebut, kalau
kenyataannya telah nyata kita berpisah. Bukan aku maupun kamu yang menang. Tapi
tak pernah ada pemenang.
Musim
masih menangis. Air mataku tak akan tandas jika musim terus menerus basah
begini. Yang kubutuhkan hanya kemarau untuk mengeringkan kesedihan ini. Air
mataku benar tak adil dengan diri sendiri. Membiarkannya kelopok mata makin
lebam, kantung mata makin pekat, dan tubuh makin kering. Ya, aku harus kuat
selayaknya kamu. Aku harus berdiri
melawan sepi, kemudian berkenalan dengan bahagia. Kupasangkan kakiku untuk
lantang berjalan sendiri, menikmati cahaya timur setiap pagi, menyapa mentari
dengan segenap rasa paling berlian. Tuan, perempuan yang katamu selalu pandai
menangis ini, maksudnya aku, mampu merampungkan kesedihan. Kita, maksudnya aku
dan kamu, sama-sama terluka dan perpisahan telah menyelamatkannya.