
Sejatinya pada
setiap insan milik Ilahi-kita-memiliki sebentuk hati nurani yang benar
putihnya. Kenapa saya yakini demikian? Karena Allah itu ada. Bahkan pada mereka
yang secara kasat mata pun hati-jahat. Menurut saya. Tak ada yang
dipermasalahkan pada keadaan kita yang sedang benar baik adanya. Baik yang
menurut saya-ya, kita bisa lah mana yang harus dipilah dan dipilih dengan pelan
juga pasti-tapi, bagaimana jika ada suatu keadaan buruk sedang memelukmu bagai
duri? Keadaan dimana hati kita bagai rawa-belukar? Hati yang kerontang? Bukan
salah keadaannya. Tapi kita sendiri! Tetaplah kembalikan buruknya dalam diri
masing insang. Seperti ketika kita begitu mahfum tentang baik yang kita tanam,
dan secara alamiah akan kita tuai baiknya pula. Lantas jika buruk, tak mau kah kalian
menerimanya?
Baiklah,
begini. Seperti kisah Nabi Yunus As. Kita pedoman saja pada kisah itu. Dimana
saat beliau sedang dalam keadaan sekarat berada pada perut ikan. Tak sekalipun
beliau menyalahkan keadaan. Salah pada dirinya sendirilah yang telah meninggalkan
kaumnya. Introspeksi diri ialah kunci, sedang kekuasaan Tuhannya yang menjadi
gembok sejati.
Sama seperti
saya yang-setiap masih bernafas dalam udara milikNya ini, helaan nafas yang
akan selalu saya nikmati memenuhi rongga hidung, kemudian saya lepaskan yang
tidak lain artinya untuk tetep berhamba padaNya-masih terus belajar tentang
perkara memaknai hidup di semesta raya ini.
Masih dalam
kenang, ketika saya berada pada satu sisi keadaan yang tak pernah saya
inginkan. Mungkin bisa dikatakan keadaan tidak baik. Itu saja frasenya. Sekuat
keyakinan yang telah saya janjikan; "saya tidak boleh menyalahkan tadir,
saya tidak boleh menyalahkan keadaan, apalagi saya menyalahkan Tuhan yang
dengan kasihNya memberi nikmat sedemikian banyaknya ini, tidak boleh!".