Tuhan.. aku masih
begitu sampah di hadapanMu
Kutegakkan rusuk-rusuk
kesedihan sekuat yang aku bisa,
kubalut seda-sedu
tangisan dengan hanya mengingat Kau
rentetan hari demi hari
membawa hamba pada ranjau tek berperi
Bahkan menatap pelangi
pun masih enggan kuciptakan senyum paling sabit pada wajah ini
Bukan bermaksud
menggarami luka sendiri,
tapi beginilah caraku
bercengkerama denganMu
Tuhanku..
Bukankah jalanku masih
panjang?
Demi terus menyaksikan
suka – ria, duka – cita pertunjukan dunia
Dan yang kutahu,
kebaikan pun keburukan punya wadahnya sendiri
Berharap aku tak buta,
aku tak tuli, aku tak lumpuh
untuk mengangkat
keranjang kebaikanku
Di tengah ribuan
bintang dalam semesta raya ini,
ijinkan aku mengetuk
pintu langit
Untuk semua harapan, doa dan keinginan
Melangitkan mereka pada
keheningan malam
Karena yang aku tahu,
malam adalah saat dimana Tuhan
Sedang bekerja bagi
rengekan-rengekan manja seperti aku
Buih-buih kebaikan
kucoba kumpulkan pada setiap keadaan
Memungut tawa yang
telah ditinggalkan dari orang sebelum aku
Pada kejadian
mengikhlaskan, misalnya.
Berharap Sang Penguasa
berbaik hati pada segala usaha
yang selalu aku lakukan
untuk tetap bernafas
pada terpaan akhir
zaman seperti sekarang.
Tuban, 20 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar