Jum'at barokah.
Lama sekali
aku tak berkunjung di rumah mayaku ini. Aku selalu menyakinkan diri untuk tetap
tinggal di sini, walau hanya sekedar merangkai kata tak jelas makna yang
siapapun pasti enggan membacanya. Belakangan, aku merepotkan diri mengurus
ini-itu perihal dunia nyataku. Teramat lama untuk aku menjamah blogku ini,
seakan tak pernah kutemukan inspirasi. Tumpul. Kosong. Tak berisi.
Tapi akhirnya
aku memaksa otakku berfikir dua kali lipat lebih keras untuk menulis tentang
apa yang baru aku alami sepagi tadi.
Akhir pekan
ini aku pulang kampung. Ibu belum sembuh benar dari sakitnya. Masih perlu
banyak istirahat demi memulihkan kesehatannya. Dan aku yang beralih
menggantikan pekerjaan rumah.
Sudah pukul 8
pagi waktu daerahku sendiri. Aku masih khusyuk membaca novel dari pengarang
idolaku; Anggun Prameswari. Di depan kudengar sayup-sayup bapak sedang
berbincang dengan seseorang. Kutengok dari tirai ruang tamu. Hanya terlihat
punggung dua pria. Teman masa kecil, teman lama, teman yang sekarang merantau
di jauh sana, teman yang bisa dikatakan saudara. Begitu banyaknya definisi
tentang dia; Mas Adam. Kemudian aku mulai menciptakan skenario tak jelasku.
Kebiasaan buruk. Kapan dia datang? Bagaimana kabarnya? Sudah setinggi apa
badannya sekarang? Dia yang dulu begitu manja, apa sekarang masih demikian
adanya? Cerita menarik apa yang akan dia bagi? Ah terlalu banyak skenario
pertanyaan.
Seriusan, aku
tak berani mendekat atau sekedar menyapa. Bukan apa-apa, hanya karena alasan
klasik yaitu aku belum mandi, haha.
Beberapa menit
berlalu, suara bapak memecah keheningan. Bapak masuk ruang keluarga, bersama
Mas Adam yang mengekor di belakangnya. Tiga detik pertama aku membisu, detik
berikutnya Let's, mari bertukar sapa! Kemudian kami menghambur di ruang
keluarga, bersama ibu pula. Saling membuka kenangan. Teringat aku akan sekotak
masa kecilku. Masa di mana tak ada sekat diantara aku dan temanku. Penuh dengar
keceriaan tanpa beban. Kotak kenangan dibuka, tak ada yang menua di sana. Di
permukaan atas terlihat kenangan paling baru, paling gampang untuk diingat.
Tentang masa putih abu-abu beberapa tahun lalu. Mas Adam menyodorkan banyak
tanya kepadaku tentang siapa-siapa yang memiliki kabar paling menarik. Haha,
bukan kepo tapi itu bentuk perhatian untuk teman-temannya sih. Dia masih sama,
raut wajah dan suara manja khas Adam Fansuri. Benakku sendiri menyelam lebih
dalam pada kotak kenangan masa kecil. Tentang permainan petak umpet yang selalu
membuat aku paling takut untuk masuk pada permainan itu, entah oleh alasan apa
hingga aku tak begitu menyukai permainan itu. Tentang mancing di musin bulan
puasa demi mengisi kegiatan harian daripada harus tidur terus. Mandi di sungai
bebaur dengan cewek-cowok tanpa kenal malu. Ah, memalukan!
Sebersit kenangan masa
kecil yaang
selalu tinggal dalam kepala kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar