Sabtu, 14 Juni 2014

Kenangan Itu Tak Pernah Pikun


Jum'at barokah.



Lama sekali aku tak berkunjung di rumah mayaku ini. Aku selalu menyakinkan diri untuk tetap tinggal di sini, walau hanya sekedar merangkai kata tak jelas makna yang siapapun pasti enggan membacanya. Belakangan, aku merepotkan diri mengurus ini-itu perihal dunia nyataku. Teramat lama untuk aku menjamah blogku ini, seakan tak pernah kutemukan inspirasi. Tumpul. Kosong. Tak berisi.

Tapi akhirnya aku memaksa otakku berfikir dua kali lipat lebih keras untuk menulis tentang apa yang baru aku alami sepagi tadi.

Akhir pekan ini aku pulang kampung. Ibu belum sembuh benar dari sakitnya. Masih perlu banyak istirahat demi memulihkan kesehatannya. Dan aku yang beralih menggantikan pekerjaan rumah.

Sudah pukul 8 pagi waktu daerahku sendiri. Aku masih khusyuk membaca novel dari pengarang idolaku; Anggun Prameswari. Di depan kudengar sayup-sayup bapak sedang berbincang dengan seseorang. Kutengok dari tirai ruang tamu. Hanya terlihat punggung dua pria. Teman masa kecil, teman lama, teman yang sekarang merantau di jauh sana, teman yang bisa dikatakan saudara. Begitu banyaknya definisi tentang dia; Mas Adam. Kemudian aku mulai menciptakan skenario tak jelasku. Kebiasaan buruk. Kapan dia datang? Bagaimana kabarnya? Sudah setinggi apa badannya sekarang? Dia yang dulu begitu manja, apa sekarang masih demikian adanya? Cerita menarik apa yang akan dia bagi? Ah terlalu banyak skenario pertanyaan.

Seriusan, aku tak berani mendekat atau sekedar menyapa. Bukan apa-apa, hanya karena alasan klasik yaitu aku belum mandi, haha.

Beberapa menit berlalu, suara bapak memecah keheningan. Bapak masuk ruang keluarga, bersama Mas Adam yang mengekor di belakangnya. Tiga detik pertama aku membisu, detik berikutnya Let's, mari bertukar sapa! Kemudian kami menghambur di ruang keluarga, bersama ibu pula. Saling membuka kenangan. Teringat aku akan sekotak masa kecilku. Masa di mana tak ada sekat diantara aku dan temanku. Penuh dengar keceriaan tanpa beban. Kotak kenangan dibuka, tak ada yang menua di sana. Di permukaan atas terlihat kenangan paling baru, paling gampang untuk diingat. Tentang masa putih abu-abu beberapa tahun lalu. Mas Adam menyodorkan banyak tanya kepadaku tentang siapa-siapa yang memiliki kabar paling menarik. Haha, bukan kepo tapi itu bentuk perhatian untuk teman-temannya sih. Dia masih sama, raut wajah dan suara manja khas Adam Fansuri. Benakku sendiri menyelam lebih dalam pada kotak kenangan masa kecil. Tentang permainan petak umpet yang selalu membuat aku paling takut untuk masuk pada permainan itu, entah oleh alasan apa hingga aku tak begitu menyukai permainan itu. Tentang mancing di musin bulan puasa demi mengisi kegiatan harian daripada harus tidur terus. Mandi di sungai bebaur dengan cewek-cowok tanpa kenal malu. Ah, memalukan!

Sebersit kenangan masa kecil yaang selalu tinggal dalam kepala kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar