Tentang Cinta
Bergerak
berlahan, mengikis setiap rasi yang ada, menghapus lukisan terindah di dunia.
Awan hitam mulai menyapu setiap helai tanya yang kugantungkan dilangit malam
itu. angin dingin mulai memeluk ku, mendekap tubuh ini. Aku masih tetap
terdiam, memandang kosong setiap sudut tempat itu. mencoba merajut asa, dalam
heningnya malam, mengingat setiap peristiwa yang telah kualami. Ya, seperti
biasa, siang tadi dia datang menemuiku, dengan mobil hitam yang selalu dia
banggakan, dengan setiap perhatian yang selalu dia berikan dan dengan setiap
kesabaran yang telah dia tanamkan. Adi Pratama, seorang mahasiswa di sebuah
perguruan swasta di kotaku, dia sosok yang selama ini menemaniku, dalam sepi
hariku. Menjalin sebuah persahabatan yang saling melengkapi. Namun semua itu
menjadi tak berarti, saat kau ucap kata cinta padaku. Aku tidak pernah tahu
tentang apa yang aku rasa. Dia adalah salah satu dari puluhan lelaki yang
selalu menghantui tiap langkahku dengan kata cinta. Mencoba mengisi apa yang kosong
di hati ini. Dan semua yang mereka beri hanya untuk satu kata “Cinta”. Apa itu
cinta? Aku tidak pernah tahu. Bagaimana mungkin aku bisa menjalin sebuah cinta,
jika arti dari cinta itu aku sendiri tidak tahu. Berkali aku katakan pada
mereka, aku belum siap menentukan pilihanku. Bukan karena aku munafik dan
perfecsionis, tapi ini tentang hati, tentang aku. Aku belum siap.
Terkadang terbesit
olehku, apa sih untungnya menjalin sebuah cinta? Bukankah itu menyakitkan? Aku
memang belum pernah merasakannya, namun aku bisa melihat, banyak sahabatku
menangis karena hal itu. menjadi ketakutan tersendiri dalam hidupku. Dan sekali
lagi, angin, sampaikan maafku ke padanya, aku belum siap menerima cinta
darinya. Mungkin ini kesekian kalinya aku meminta tolong padamu, untuk
menyampaikan rasa yang sulit terucap oleh kata. Terima kasih angin malam…
Siang itu
aku duduk beralaskan tanah bersandarkan pohon tua di depan rumah. Sudah satu
jam aku diam di tempat itu, asyik dengan jutaan kata yang saat ini sedang aku
baca. Konsentrasiku terpecah saat sebuah mobil hitam berhenti tepat di depanku.
Sesosok adam, muncul, membawa sebuah bungkusan misterius dalam balutan plastic
hitam. Duduk tepat disampingku, “Nih bakso, tadi waktu pulang kampus, keinget
kamu, kamu pasti lagi kelaparan di pinggir jalan, eh tenyata bener” ucapnya
tanpa dosa. Ya, Adi selalu datang menemaniku, tak ada yang berubah dari dia
sejak kejadian hari itu. Aku hanya bisa tersenyum kepadanya, satu kata sangat
sulit terucap dari bibirku. Ini kesekian kalinya, dia menggoyahkan hatiku. Apa
ini cinta? Atau ini rasa kasian? Sulit mengartikannya. Hanya bisa menahan sesak
dan air mata. Aku sangat sulit mengartikan rasa ini, bagiku ini sebuah bahasa
yang sangat sulit, sangat berat untuk kumengerti dan mengartikannya. Aku berada
diposisi yang melemahkanku. Aku mencoba menghindar tapi tak bisa. Akan aku
berikan cintaku, seluruh raga dan hidupku pada seorang yang tepat, seorang yang
akan menjadi lelaki terakhir dalam hidupku. Suatu saat nanti, bukan sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar