Raupan rindu kembali membuncak dalam sukma
ini; kepada kau pemilik semua rasa.
Hujan kembali membungkus malamku dengan
dinginnya. Awan mendung sore tadi yang bergelantung, ternyata mulai merintikkan
selapis gerimis tipisnya.
Sayang, taukah? Ketika ku menulis ini, aku berasa
waktu berhenti dengan jeda. Melemparkan jangkarnya, kemudian ku dapati diriku
terlambat dalam ruang dan waktu yang membeku, lantas mengkristal.
Mengingat
perkenalan yang dulu. Menikmati setiap tinta yang ku toreh.
Fikiran beradu,
menyatu, mewujud aksara yang berbaris rapi serupa untaian yang entah apa
namanya ini.
Aku menitipkan ini kepadamu, sebentuk adamku. Ingatlah, bahwa
setiap hujan yang turun adalah saat terbaik aku merindu pada dataran tinggi
relung jiwa.
Bagaimana tidak jika hanya serangkaian pesan singkatmu mampu
membuncahkan dahsyatnya rasa bahagia.
Rindu yang dulu terbuku dan belum sempat
terurai kemarin, sekarang sudah dibebani dengan segunung rindu baru.
Kini,
perlahan ku cabut jangkar waktu tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar