Selasa, 28 Januari 2014

Menulis seperti rindu

 
Raupan rindu kembali membuncak dalam sukma ini; kepada kau pemilik semua rasa. 

Hujan kembali membungkus malamku dengan dinginnya. Awan mendung sore tadi yang bergelantung, ternyata mulai merintikkan selapis gerimis tipisnya. 

Sayang, taukah? Ketika ku menulis ini, aku berasa waktu berhenti dengan jeda. Melemparkan jangkarnya, kemudian ku dapati diriku terlambat dalam ruang dan waktu yang membeku, lantas mengkristal. 

Mengingat perkenalan yang dulu. Menikmati setiap tinta yang ku toreh. 

Fikiran beradu, menyatu, mewujud aksara yang berbaris rapi serupa untaian yang entah apa namanya ini. 

Aku menitipkan ini kepadamu, sebentuk adamku. Ingatlah, bahwa setiap hujan yang turun adalah saat terbaik aku merindu pada dataran tinggi relung jiwa. 

Bagaimana tidak jika hanya serangkaian pesan singkatmu mampu membuncahkan dahsyatnya rasa bahagia. 

Rindu yang dulu terbuku dan belum sempat terurai kemarin, sekarang sudah dibebani dengan segunung rindu baru. 

Kini, perlahan ku cabut jangkar waktu tadi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar