Selasa, 28 Januari 2014

Sejumlah pertanyaan yang tak sanggup kujawab

"Sudahlah urusan ini belum akan tertuntaskan meski hari telah berpindah ke hari lain, Sayang".
Begitu aku berkata pada teman hidupku yang sedari malam tadi-entah ada angin apa ingin membahas tentang sesuatu yang bernama bayangan-menginginkanku menemani topik yang ingin dia buka segalanya. Sekarang sudah hampir pukul dua belas malam. Aku sangat tau, dia hari ini-yang meski hari Minggu tetap sibuk-terlampau lelah demi setubuh dia yang tak inginkan mengambil istirahat dan beranjak pada kegalauan hatinya.

Kami berinteraksi via BBM. Mungkin aku bisa kasih judul; komunikasi jarah jauh. Iya, saya yang sedang di perantauan dan dia yang berada di rumah menunggu saya dengan segala kesetiaan yang aku yakinkan pada diri sendiri bahwa dia memang setia. Meyakinkan diri seteguh rasa percayaku pada dia. Setia. Bukankah itu memang suatu pekerjaan tanpa syarat untuk sebuah hubungan yang terangkai hampir lima tahun? Oke kita lanjut!

Aku hanya tak habis fikir, akhir-akhir ini kekasihku sering bertanya tentang macam-macam sesuatu yang mungkin mesin mengolah dataku tak sanggup mengurai jawabannya saat itu juga sedetil yang dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan yang-mungkin lagi-menitikberatkan hal yang belum jelas muaranya. Seperti yang aku kutip di atas tentang suatu 'bayangan'. Dan kalian bisa membayangkan apa yang terjadi selanjutnya? Sederhana, aku kehabisan peluru untuk memutar-balikkan semua pertanyaan dia. Alasan lain lagi, dia terlemparkan keras sekali dalam ketidakmengertian yang memangkas syaraf-syaraf kewarasan. Tapi saya juga yakin, dia memiliki alasan yang kuat atas kegilaan dia malam ini. Kemudian saya hanya bisa berucap "segala pertanyaanmu akan terjawab pada waktu. Sabarlah, waktu tak akan berhenti seketika ini hanya karena tak mampu menjawab sejagad tanyamu" itu pesan terakhir yang kuberikan padanya sebelum akhirnya tubuh kecilku dengan sisa tenaga, memintaku mengakhiri obrolan ini hampir pukul satu dini hari. Alasan khususnya; saya ingin adil pada tubuh untuk memberikan dia istirahat secukup waktuku.

***

Ingin rasanya memejamkan mata ketika tidur terasa kurang. Alarm pada ponselku berbunyi. Tak ada yang terlupa. Iya, semalam aku telah sett tepat pukul tiga untuk kembali memberi hajatan pada perutku demi menunaikan puasaku Senin ini. Lepas mengumpulkan nyawa, aku beranjak meninggalkan kasur. Dua roka'at Tahajud cukup mencipta sedikit semangat untuk makan. Kita lihat saja, takdir memiliki variasi klimaks untuk segala keadaan yang tanpa kita duga. Itulah mengapa Tuhanmu juga Tuhanku juga Tuhan kita yang menjaga ketidakjelasaanNya atas segala pengetahuan setinggi apapun kita untuk kemudian berkata "Oh jadi ini kenyataannya". Kalian pasti setuju!

Santap sahurku ditemani dengan tiga adik kosanku yang tak sengaja juga puasa untuk hari ini. Tak sengaja kedua; kita semua bermenukan mie instan. Oh Tuhan! Ini masih tanggal muda, kan? So? Memang tak ada hubungannya. Kita semua belum ada yang mencari uang sendiri. Hanya sebab menu makanan tak ada yang cocok kemudian pada opsi terakhir tertambat pada mie instan. Yang terpenting bukan menu, tapi kekuatan untuk sehari penuh itu. Ah, sudahlah lupakan!

Aku belum memakamkan ingatan pada masalah diskusi semalam tadi bersama-ya kalian tau lah-dia. Aku hanya berharap, untuk dia agar tidak terlalu terbanyang pada satu banyangan yang kataku masih abu-abu tanpa jelas itu. Hampir pukul lima pagi. Menyadarkanku untuk kembali menyanyangi tubuhku. Hari ini tak ada kuliah.

Tuban, 6 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar